Social Icons

Kamis, 01 Januari 2015

PENGALAMAN MASYARAKAT DAN KOTA

MASYARAKAT DAN KOTA

Pengalaman pribadi yang tidak pernah saya lupakan selamanya, setidaknya hingga saat ini. Pengalaman itu sederhana, tentang pertemuan saya dengan orang yang benar-benar miskin. Namun dari pertemuan itu, saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Yaitu, pertama tentang sesuatu yang sesungguhnya amat kecil dan sederhana tetapi ternyata bernilai tinggi. Kedua, usaha yang gigih, sabar, dan pantang menyerah ternyata membawa keberhasilan. Pada suatu hari, sekembali dari rumah menuju ke kota kawedanan, dengan berjalan kaki, terjadi hujan deras. Untuk berteduh, saya singgah di sebuah rumah baru, tidak jauh dari jalan. Saya dipersilahkan masuk oleh pemiliknya, agar tidak kedinginan. Rupanya, penghuninya adalah suami isteri yang baru saja menempati rumah, yang saya ingat rumah itu sekalipun baru, sangat sederhana, terbuat dari bahan kayu dan gedek (anyaman bambu). Karena hujan cukup lama tidak berhenti, saya ditawari oleh pemilik rumah untuk menginap di rumah itu. Saya setuju, apalagi waktu sudah terlalu sore, dan perjalanan menuju kota kawedanan harus melewati hutan, saya tidak berani. Saya mengikuti saran pemilik rumah baru tersebut. Sebelum tidur, dan waktu itu hujan masih belum sepenuhnya reda, pemilik rumah bercerita atas penderitaannya. Dia mengatakan bahwa hari itu, ia tidak bisa memberi apa-apa, misalnya makan malam, karena memang tidak memilikinya. Mendengar cerita itu saya yang pada saat itu masih duduk di SMP, sangat terharu, ikut merasakan betapa susahnya orang yang tidak memiliki apa-apa. Biasanya, setiap minggu sore sekembali dari rumah ke kota, saya diberi sangu yang jumlahnya tidak banyak. Tapi berbeda dengan biasanya, saat itu memang agak berlebih, karena harus membayar SPP. Tanpa berpikir panjang, uang pemberian ayah, seluruhnya saya berikan kepada keluarga tersebut. Awalnya, mereka enggan menerimanya, tetapi saya memaksa, akhirnya diterima. Saya berani memberikan uang itu, dengan pertimbangan, sekalipun tidak membawa uang, kebutuhan saya dua minggu berikutnya masih tercukupi. Kewajiban pembayaran SPP masih bisa ditunda. Pagi setelah subuh, saya berpamitan berangkat ke kota tujuan dengan berjalan kaki.

Pemilik rumah rupanya tidak tega, saya diantar. Sesampai di ujung hutan, dan mata hari pun sudah mulai bersinar, saya mempersilahkan orang tersebut kembali. Saya sudah berani berjalan sendirian. Atas permintaan saya itu, pemilik rumah yang ngantar itu kembali, dan saya meneruskan perjalanan sendirian hingga nyampai di sekolah. Suasana yang sangat mengharukan, dua minggu berikutnya, tatkala saya melewati lagi rumah yang saya ceritakan itu, pemiliknya sudah menghadang saya. Segera ia mengajak saya singgah, katanya ada sesuatu yang akan disampaikan. Segera dia menceritakan tentang uang yang dua minggu lalu saya berikan. Ia bercerita bahwa uang tersebut oleh isterinya dibelikan ketela pohon, kelapa, dan gula, lalu dimasak sebisanya dijadikan kue. Kue itu kemudian dijual ke pasar dan ternyata laku. Hanya dalam waktu dua minggu, modal itu sudah kembali dan bahkan ia juga bisa hidup dari jualan itu. Ia ingin mengembalikan pinjamannya. Sesungguhnya, saya tidak berharap uang itu dikembalikan. Sejak awal saya sudah serahkan dengan ikhlas. Saya menyaksikan, ia dan isterinya, sangat gembira, haru, dan berkali-kali menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan saya. Saya tidak tahu lagi, orang tersebut sekarang apa masih ada, saya sudah lama tidak ketemu. Tetapi sekitar lima belas tahun yang lalu, tatkala sempat ketemu, ia masih ingat peristiwa itu. Keluarga itu sudah tidak miskin lagi, dan ia selalu mengakui bahwa modal awal kehidupannya dari sangu yang saya berikan. Setiap bertemu selalu menunjukkan rasa haru dan terima kasih yang amat mendalam, atas modal yang saya berikan tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

playlist